Jumat, 07 Agustus 2009

Menyikapi Kejadian-kejadian di Indonesia

MENYIKAPI SECARA AKADEMIS
KEJADIAN-KEJADIAN HANGAT DI INDONESIA

Pengantar
Pada awal diskusi ini, perlu ditegaskan terlebih dahulu, bahwa menyikapi secara akademis yang dimaksud tentu adalah kritis teologis mengingat bahwa saya adalah dosen teologi di seminari (ITKR).
Sebelum menyampaikan bagaimana bersikap secara akademis terhadap kejadian-kejadian hangat di dunia, khususnya di Indonesia, terlebih dahulu kita perlu membahas kejadian-kejadian apa saja yang muncul sejak Januari 2009 di Indonesia ataupun global tetapi yang memberi pengaruh di Indonesia. Saya sudah lupa apa yang terjadi di semester pertama tahun ini, jadi saya melakukan sedikit riset via internet mengenai kisah-kisah tersebut.

Berita-berita Hangat di Indonesia sejak Januari 2009
1. Januari: Pada awal Januari, media massa masih dipenuhi dengan berita tentang serangan Israel ke Jalur Gaza. Berita yang sampai di Indonesia adalah kekejaman Israel membombardir Palestina khususnya Jalur Gaza. Penyebab mengapa Israel menyerang terlupakan. Ternyata Israel menyerang untuk menyelamatkan satu prajuritnya yang ditahan oleh Palestina. 20 Januari 2009, Presiden AS Barack Obama dilantik. Bangsa dan rakyat Indonesia memiliki harapan khusus atas Obama. Dunia pun mengharapkan perubahan besar melalui Obama. Krisis ekonomi global diharapkan segera selesai.
2. Februari: Kasus Ryan hangat (mulai Januari) si pemutilasi berdarah beku (bukan dingin lagi). Awal bulan, infotainment diramaikan dengan perselisihan antara Andy Soraya dan Katheryne Wilson.
3. Maret: (sejak februari) Diisi oleh fenomena dukun cilik Ponari yang didatangi oleh hampir ribuan orang yang ingin sembuh. Banyak orang yang tidak mampu membayar biaya pengobatan dan kesehatan yang semakin mahal ingin disembuhkan karena biaya untuk Dukun Ponari jauh lebih murah. Selain itu, kita ingat bagaimana ratusan rumah rata dengan tanah karena tanggul Situ Gintung di Tangerang jebol. Berita tinggal 27 Maret 2009, 58 orang meninggal dan 96 orang hilang belum diketemukan. Bulan Maret pun dipenuhi dengan kampanye parpol-parpol peserta Pemilu.
4. April: Bulan ini adalah bulan Pemilu Legislatif yang ternyata kemudian dimenangkan secara telak oleh Partai Demokrat. Dari dunia hiburan, gosip bahwa grup musik D’Masiv menjiplak karya band-band luar negeri mencuat. Selain itu, berita tentang Ujian Nasional menghangat.
5. Mei: Bulan Mei diisi dengan berita tentang varieety show pesulap antara Joe Sandy dan Limbad; juga diisi dengan berita pasangan calon presiden dan wakilnya. Pertikaian antara Malaysia dengan Indonesia, mulai dari kasus Ambalat s/d Manohara menjadi berita yang gegap-gempita.
6. Juni: Bulan ini diawali dengan berita pembebasan Manohara, kemudian debat capres dan cawapres. Kemudian muncul berita tentang Prita Mulyasari yang ditahan karena curhat via email tentang pelayanan sebuah RS karena dituduh melanggar UU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik). Kamis, 25 Juni 2009, penyanyi pop legendaris meninggal dunia dalam keadaan menyedihkan. Berita yang cukup santer di Indonesia adalah bahwa Michael Jackson meninggal sebagai seorang Islam dan akan dikuburkan secara Islam. Selain itu, lagu dalam format MP3 ”Tak Gendong” oleh Mbah Surip terlaris di layanan RBT.
7. Juli: Bulan Juli ini Indonesia menjadi sorotan dunia. Pertama-tama, karena akan menyelenggarakan pemilu presiden yang sejak awal diperkirakan akan dimenangkan oleh capres incumbent. Masih dalam tahap quick-count, SBY sudah disalami selamat oleh pemimpin-pemimpin dunia. Selain itu, rencana kedatangan MU yang akan bertanding melawan Indonesian all stars dinanti-nanti oleh publik penggila bola di Indonesia. Ledakan bom di Hotel J.W. Marriott dan Ritz Carlton 17 Juli 2009 pukul 07.40 wib membuat Indonesia menjadi berita dunia. SBY begitu geram dengan pengeboman tersebut dan MU-Indonesian all-stars dibatalkan. Akhir bulan Juli, media massa hangat memberitakan bahwa ada situs web yang mengaku sebagai situs resmi Al Qaida, yaitu: http://mediaislam-bushro.blogspot.com di mana di situs ini, dinyatakan bahwa Al Qaida mengaku bertanggung jawab. Belum jelas apakah situs ini milik Al Qaida Indonesia atau ada orang lain dan siapa pembuatnya.
8. Agustus: Awal Agustus, media massa dipenuhi dengan berita tentang kematian dua seniman fenomenal, yaitu Mbah Surip (3 Agustus) dan W.S. Rendra (6 Agustus). Berita terakhir, Jumat 7 Agustus, terjadi tembak-menembak antara jajaran keamanan negara (Densus 88 anti teror) dengan kelompok yang diduga kelompok teroris yang bersembunyi di rumah Muzahri (atau Mandori? Metro TV jam 02.20 pagi Sabtu 08 Agustus), Kedu, Tumenggung, Jawa Tengah. Kemungkinan Noordin M. Top ditangkap.
(Sumber berita: www.beritaaktual.co.cc, www.Kompas.com dan www.detik.com dan metroteve)

Prinsip-prinsip Dasar
Di dalam menyikapi kejadian-kejadian yang hangat tersebut, perlu dimiliki beberapa prinsip dasar yang akan dibahas.
1. nilai-nilai alkitabiah (biblical values) harus menjadi acuan di dalam menilai kejadian-kejadian yang sedang terjadi. Sebagai orang Kristen, kita mengakui bahwa biblical values menjadi pijakan berpikir yang paling hakiki.
2. Penilaian kritis (critical judgment) harus menjadi panduan. Akal-budi dan logika harus dikedepankan dan bukan hal-hal yang irasional dan tidak logis.
3. Hubungan antara absolut dan relatif. Dalam dogma, sikap yang harus dimiliki adalah jangan mengabsolutkan yang relatif dan jangan merelatifkan yang absolut. Sementara, dalam berpikir kritis teologis, sebagaimana Paul Tillich nyatakan, sikap yang harus dimiliki adalah harus berani merelatifkan yang absolut dan mengabsolutkan hal yang relatif. Dengan kata lain, memikirkan ulang hal-hal yang telah dipandang absolut atau mutlak. Dalam hal ini, sebagai contoh, ada gereja yang melarang wanita memakai celana panjang. Bila wanita melayani, harus menggunakan rok. Ini menjadi hal yang absolut. Dalam cara berpikir Paul Tillich, ini harus dikritisi, yaitu merelatifkan yang absolut. Apakah ini benar-benar absolut? Ini juga dapat digunakan di dalam menilai dan menyikapi kejadian-kejadian yang populer.
4. Hubungan pelaku dan penonton. Ketika di dalam suatu kejadian, seseorang menjadi pelaku, maka ia harus bisa menempatkan diri sebagai penonton dan memperoleh sudut pandang dan sudut penilaian sebagai penonton atau orang luar. Sebaliknya, ketika seseorang menjadi penonton, ia juga harus bisa menempatkan diri bukan hanya sebagai penonton tetapi pelaku. Contoh sederhana adalah pertandingan olahraga, khususnya sepakbola. Sebagai penonton, ketika pemain yang didukung tidak menendang bola dengan tepat ke arah gawang dan melampaui mistar, seseorang akan berteriak, dan bahkan memaki-maki: “bodoh amat si tuh orang?” “Berapa sih ukuran kakinya?” “koq tendang ke atas? Gawangnya ada di bawah!” atau “geser aja gawangnya biar masuk bolanya!“ dst., seakan-akan ia lebih mahir main bola drpd pemain bola profesional yang ia protes tersebut. Padahal, kalau ia yang bermain bola, mungkin sekali ia jauh lebih buruk.

Sikap terhadap Kejadian Aktual
Delapan bulan berjalan, kejadian-kejadian hangat dalam dikategori ke dalam beberapa hal:
1. Dunia selebriti.
2. Hukum
3. Politik
4. Agama
5. Ekonomi.
6. Mistik dan perdukunan
Terhadap kategori-kategori dari kejadian-kejadian hangat ini, keempat prinsip dasar tersebut perlu diterapkan. Tetapi tidak mungkin mengkaji satu per satu kejadian tersebut. Kita mungkin perlu mengambil dua-tiga contoh saja.
1. Dunia selebriti, dalam kasus apapun. Perlu diketahui, bahwa di dalam dunia pers, ada motto “bad news is good news”. Maksudnya, “bad news” lebih baik untuk diberitakan daripada “good news”. Oleh karena itu, infotainment cenderung mengejar berita-berita yang bersifat “bad news” dari kaum selebriti. Itu sebabnya, sebagai contoh, berita pertikaian Andy dan Keket, sempat begitu ramai di media massa, khususnya elektronik. Perceraian pasangan selebritis dengan perceraian pasangan kaum awam sesungguhnya adalah sama, yaitu kasus perceraian. Yang membuat perceraian pasangan selebriti menarik adalah karena selebriti adalah figur publik, yaitu figur yang dimiliki publik dan publik ingin mengetahui berita tentang selebriti. Sebelum meninggal, misalnya, Mbah Surip menginap di rumah Mamiek, salah seorang pelawak Srimulat, karena menurut kesaksian Mamiek, Mbah Surip mengatakan bahwa rumah Mamiek sepi sementara rumah Mbah Surip penuh dengan wartawan infotainment. Oleh karena itu, privasi setiap selebriti harus dihargai walaupun juga resiko menjadi artis adalah kehidupannya menjadi milik publik. Di sisi lain, selebriti sekalipun diidolakan, hanyalah manusia biasa, yang dalam kacamata Alkitab, penuh dengan kecenderungan dosa (Rm. 3:23). Dengan demikian, selebriti tidak perlu dijadikan teladan dan kenikmatan mendengar gosip tentang selebriti harus direduksi bahkan dihilangkan. Selama masih banyak masyarakat yang menikmati gosip seputar selebriti, selama itu pula mereka terus-menerus menjadi incaran media massa. Media massa pun sebaiknya mengedepankan siaran-siaran yang edukatif bagi para pemirsanya. Sebagai contoh, sinetron remaja yang menayangkan pacaran di usia remaja dan berpakaian dengan pakaian yang kurang santun yang ditayangkan oleh televisi siaran nasional disaksikan bukan hanya di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dll., tetapi juga sampai ke desa-desa dan kampung-kampung. Akibatnya nilai-nilai dan budaya lokal yang luhur terkikis oleh nilai-nilai dan budaya ‘modern’ (dalam tanda kutip) yang dibentuk oleh siaran-siaran televisi tersebut.
2. Mistik atau perdukunan, dengan kasus Ponari. Jelas bahwa Alkitab menentang perdukunan. Oleh karena itu, kita tidak mendukung Ponari. Tetapi ketika para pasien diwawancara, sebagian besar berasal dari strata sosial rendah atau miskin. Mereka datang ke Ponari ataupun dukun-dukun yang lain karena tidak mampu membiayai pengobatan medis karena mahal. Dengan demikian, menjadi jelas permasalahannya. Masyarakat perlu ditingkatkan kemampuan sosial-ekonominya; kesehatan harus diupayakan terjangkau oleh masyarakat luar; pendidikan masyarakat harus ditingkatkan sehingga memiliki pemahaman terdidik atau edukatif tentang hidup sehat. Maka, keliru bila sikap kita menjadi reaktif dan langsung menghakimi baik Ponari maupun para pasiennya. Dalam hal ini, Gereja perlu terlibat.
3. Terorisme, khususnya pengeboman Marriott dan Ritz Carlton. Terorisme adalah kejahatan terhadap kemanusiaan. Oleh karena itu, bukan hanya Kekristenan, tetapi agama manapun di dunia ini, tidak ada yang mendukung terorisme. Para pelakunya mungkin saja mengutip dari sana-sini dukungan-dukungan skriptural (dari Kitab Sucinya) tetapi mereka pasti ditentang bahkan oleh mayoritas. Tetapi terorisme memiliki sebab yang memicu sekaligus tujuan yang ingin dicapai. Pencarian dan penangkapan teroris harus disertai oleh tindakan pencegahan atau preventif yang holistik. Semua pemimpin agama, agama apapun, harus menegaskan dukungan menentang terorisme. Ini sudah dilakukan MUI lewat Fatwa MUI no 3 tahun 2004 dan diteguhkan kembali oleh MUI DIY akhir Juli 2009 (sumber: http://beritasore.com/2009/07/29/mui-aksi-terorisme-haram/). Tetapi tidak hanya dukungan menentang terorisme, setiap pemimpin agama harus mendukung pluralisme agama dan menentang fanatisme agama sampai kepada tingkat grass-root (akar rumput); kesejahteraan sosial harus sungguh-sungguh ditingkatkan dan tidak hanya menjadi dagangan kampanye pemilu; penegakan hukum tanpa pandang bulu.