Minggu, 20 Juli 2008

KOMPROMI ATAU TRANSFORMASI?

Kristus telah menebus semua hutang kita dan memakukan surat hutang tersebut di kayu salib. Kematian Kristus ini membebaskan kita, orang yang menerima anugerahNya, dari semua roh yang ada di dalam dunia ini. Setiap orang percaya telah merdeka dari ikatan dengan roh-roh dunia. Dengan demikian ia tidak perlu lagi menundukkan diri kepada roh-roh dunia. Roh-roh dunia ini termanifestasi dalam berbagai macam peraturan duniawi yang menyelusup dalam bentuk-bentuk keagamaan yang berbau atau bernuansa Kristiani, padahal sejati-jatinya tidak demikian.
Paulus menyatakan bahwa ketika kita ditebus oleh Kristus, sesungguhnya kita telah mati bersama Dia, dan dengan demikian tidak hidup lagi di dalam dunia. Tidak hidup lagi dalam dunia bukan dalam pengertian bahwa kita semua kemudian bunuh diri. Ataupun kita orang percaya harus menjadi eksentrik, eksklusif atau mengucilkan diri dari komunitas ataupun lingkungan. Bukan demikian pemahaman alkitabiah yang benar.
Bila melihat teks aslinya, maka terjemahan yang lebih tepat untuk ayat 20a adalah sbb.: “bila kamu telah mati bersama Kristus dari unsur-unsur dunia ini” Dalam teks asli tidak ada kata bebas, sebaliknya dalam teks Indonesia tidak ada kata unsur-unsur (Yun.: stoikeion). Dalam teks ini kata yang digunakan untuk mati (Yun.: apothnesko) bukanlah kata figuratif atau kata yang bermakna konotatif (samaran/bukan arti yang sebenarnya), melainkan mati secara harafiah, seperti matinya tubuh manusia.
Jelas maknanya adalah bahwa orang yang telah ditebus oleh Tuhan Yesus haruslah tidak dapat dirangsang, digoda atau dirayu sama sekali oleh unsur-unsur dunia. Mengapa? Karena ia sudah mati terhadap unsur-unsur tersebut. Seperti halnya orang mati tidak mungkin ia bereaksi terhadap apapun yang dilakukan orang-orang lain terhadap dirinya. Bila dia dipukul, dijotos, dijewer, dll., ia tidak akan bereaksi. Ya, karena ia sudah mati. Demikianlah bila kita mati terhadap unsur-unsur dunia ini. Kita sama sekali tidak memberikan respons terhadap rangsangan, godaan dan rayuan dunia.
Bila kita telah mati bersama Kristus terhadap unsur-unsur dunia, maka sesungguhnya kita tidak boleh bahkan tidak bisa lagi hidup di dunia. Maksudnya tentu dalam pengertian bahwa kita tidak lagi hidup dengan gaya, cara dan arah seperti sebelumnya ketika kita masih hidup dalam kesia-siaan, dalam keduniawian, dan dalam keegoisan, dengan semua sifat dunia. Cara hidup kita tidak lagi seperti umumnya orang di dunia hidup. Cara hidup kita bercorak sorgawi, dan panutannya adalah seperti Kristus hidup di muka bumi ini. Bagaimana Ia hidup di bumi ini, demikianlah sepatutnya kita hidup.
Oleh karena itu, setiap orang percaya tidak perlu lagi menundukkan diri pada berbagai macam aturan dunia. Aturan dunia yang dimaksud adalah aturan-aturan yang berkaitan dengan hal-hal yang “rohani”, bahkan seakan-akan bernuansa atau berwarna Kristiani, padahal sebetulnya tidak sama sekali.
Dalam perikop ini, Paulus memberikan contoh, seperti: jangan pegang ini, jangan makan ini, jangan sentuh itu. Aturan-aturan, atau lebih tepatnya, larangan-larangan (ada juga yang berupa perintah-perintah) ini, bukan sekadar aturan, tetapi diberikan muatan rohani atau Kristiani di dalamnya. Sementara Alkitab tidak mengajarkan demikian. Tetapi diupayakan dasar-dasar Alkitab untuk mendukungnya.
Pada zaman Paulus, ada banyak pengajar Kristen yang masih dipengaruhi oleh Yudaisme (agama Yahudi), yang dipenuhi oleh berbagai macam aturan. Namun banyak juga pengajar Kristen yang dipengaruhi oleh agama-agama kafir yang sebagian, mirip dengan Yudaisme, penuh dengan peraturan-peraturan untuk dapat mencapai sorga atau untuk menghadap Tuhan. Bagi Paulus, semua peraturan tersebut, yang tidak alkitabiah, hanya membuat jemaat terbelenggu dan itu berasal dari roh-roh dunia.
Perlu diperhatikan di sini, bahwa roh-roh jahat bukan hanya dan bukan terutama terwujud di dalam ikatan-ikatan yang harus diusir dan ditengking melalui pelayanan pelepasan. Bagi Paulus ternyata bahwa lebih berbahaya konsep-konsep yang menguasai dan diyakini Gereja tetapi tidak alkitabiah yang berasal dari roh-roh dunia, daripada roh-roh yang mengikat dan harus diusir.
Di dalam dunia modern, terdapat banyak contoh sederhana: Gereja aliran tertentu selalu mengadakan penantian sepuluh hari menjelang hari Pentakosta untuk mendapatkan pencurahan Roh Kudus.
Banyak pendeta dan/atau gereja yang melarang makan makanan tertentu, atau minum minuman tertentu. Sebuah gereja bahkan melarang minum fanta atau cocacola. Ada yang melarang wanita memakai pakaian pria, termasuk celana panjang.
Roh nenek moyang dapat diinjili, sehingga opung, eyang, engkong, opa, yang belum sempat jadi Kristen, ketika diinjili, dapat menjadi Kristen. Ridicule.
Gereja terlalu permisif atau kompromistik dengan adat istiadat, sehingga cenderung sinkretistik. Banyak bentuk adat yang masih mewarisi penyembahan dinamisme dan animisme tetapi ditolerir begitu saja. Gereja tidak boleh anti adat-istiadat, tetapi sebaliknya Gereja juga tidak boleh tunduk dan takluk kepada adat-istiadat. Gereja -seperti dikatakan oleh John Calvin- harus mentransformasi budaya, termasuk ada-istiadat di dalamnya.
Gereja cenderung bersikap rasisme atau rasialisme atau setidaknya memiliki kecenderungan berpihak pada etnis-etnis tertentu. padahal Alkitab sendiri sudah katakan bahwa tidak ada lagi orang ‘jauh’ dan orang ‘dekat’, tidak ada lagi Yahudi atau Yunani, semuanya telah menjadi satu karena Kristus.
Ada gereja yang bersifat nasional, tetapi kesukuannya terlalu kental. Ini terlihat dari namanya. Salah satu cabangnya ada di Papua, tetapi masih menggunakan nama gereja suku tertentu di wilayah barat Indonesia. Bahkan ketika membuka cabang di New York, masih mengunakan nama suku tertentu tersebut.
Belum lagi gereja yang namanya di bagian akhir ada nama negara yang menunjukkan sifat nasionalitasnya, justru terjebak pada isu pri-dan-nonpri. Padahal, bila melihat Matius 5:5: “Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi,” maka semua orang percaya yang lemah lembut adalah pribumi dan tidak ada yang non-pri.. Bahkan mereka yang dianiaya karena Kristus adalah prisorga seperti dikatakan Mat. 5:10: “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga”. Oleh karena itu, hilangkan kebiasaan menekankan pri dan non pri, karena semua orang percaya yang lemah lembut dan siap menderita bagi Kristus adalah pribumi dan prisorga. Yang perlu ditekankan adalah bersediakah Gereja menjadi lemah lembut dan menderita bagi Kristus?
Belum lagi penekanan yang sangat berlebihan yang diberikan pada satu sisi Kekristenan, seperti minyak urapan, perjamuan kudus, karunia-karunia, bahasa lidah, pembesaran gereja atas nama penginjilan padahal hanya merebut domba-domba Gereja lain, dan berbagai peraturan lainnya. Semua penekanan yang menjadi ‘peraturan’ –tetulis ataupun tidak tertulis– sangat membahayakan Gereja Tuhan itu sendiri dan menjadi agen-agen pembusukan dan pengkafiran Gereja.
Kekristenan adalah agama roh. Artinya, sesungguhnya Kekristenan tidak memiliki ritus-ritus atau ritual-ritual dan berbagai macam aturan tidak boleh begini dan tidak boleh begitu atau harus begini dan harus begitu, yang kalau tidak dilakukan akan membuat seseorang masuk neraka dan tidak bisa masuk sorga. Menurut Paulus sendiri, seperti yang tercantum dalam Kolose 2:20-23, larangan-larangan atau perintah-perintah itu, atau berbagai aturan dan sikap yang diperankan Gereja, adalah rupa-rupa peraturan dunia yang merupakan perwujudan dari roh-roh dunia. Sementara, setiap orang percaya telah mati atas roh-roh dunia.
Bahkan, ketika Tuhan Yesus memerintahkan untuk Gereja melakukan baptisan dan perjamuan, yang merupakan sakramen Kristen, muatan yang terkandung di dalamnya tidak lebih hanya bersifat simbolik. Sebagai contoh, baptisan. Baptisan adalah suatu tindakan simbolik di mana pelakunya melambangkan dirinya mati bersama Kristus terhadap dosa untuk bangkit bersama-sama Yesus di dalam kemuliaan (lihat Rm. 4:1-6). Bila melihat hakekat baptisan pada ayat yang disebutkan di atas, maka yang berarti bukanlah baptisannya, melainkan mati terhadap dosa dan hidup dalam Kristus. Bila seorang Kristen telah dibaptis namun tidak sungguh-sungguh sudah mati terhadap dosa dan hidup dalam Kristus, maka baptisan tersebut tidak ada gunanya sama sekali.
Yang dikembangkan di dalam kehidupan orang-orang percaya adalah manusia batiniahnya; bagaimana orang-orang percaya hidup dalam tuntunan Roh Kudus dan FirmanNya; bagaimana orang-orang percaya semakin serupa dengan Kristus sesuai kesaksian Alkitab. Menjadi serupa dengan Kristus. Imitatio Christi. Itulah tujuan hidup kita. Dan inilah visi Gereja. (c) Asigor P. Sitanggang

3 komentar:

JemaaT KING MY "EDOUTOU" mengatakan...

Puji Tuhan. Setuju dengan artikel ini. diaminkan!
memang benar ketika kita berkompromi dengan hal-hal kejanggalan apakah itu hal dosa, pelanggaran etika atau peraturan Gereja ataupun nilai-nilai kemanusiaan, maka cenderung kepentingan manusianya yg nampak bukan perkembangan dan kemajuan Pelayanan atau pertumbuhan Iman Umat. sehingga hal kompromi ini akan membuat nilai-nilai Alkitabiah ataupun hal-hal rohani terjadi degradasi. Mestinya Kita mengandalkan Kuasa Roh Kudus, agar kita dimampukan untuk melakukan Transformasi menuju kepenuhan terhadap kebutuhan Rohani kita dan menjadi sama seperti Kristus. maka kita akan disebut orang-orang saleh yang sedang menanti-nanti mempelanya datang kembali untuk menjemput pergi ke rumah Bapa di surga Abadi.... amin !

JemaaT KING MY "EDOUTOU" mengatakan...

Puji Tuhan. Setuju dengan artikel ini. diaminkan!
memang benar ketika kita berkompromi dengan hal-hal kejanggalan apakah itu hal dosa, pelanggaran etika atau peraturan Gereja ataupun nilai-nilai kemanusiaan, maka cenderung kepentingan manusianya yg nampak bukan perkembangan dan kemajuan Pelayanan atau pertumbuhan Iman Umat. sehingga hal kompromi ini akan membuat nilai-nilai Alkitabiah ataupun hal-hal rohani terjadi degradasi. Mestinya Kita mengandalkan Kuasa Roh Kudus, agar kita dimampukan untuk melakukan Transformasi menuju kepenuhan terhadap kebutuhan Rohani kita dan menjadi sama seperti Kristus. maka kita akan disebut orang-orang saleh yang sedang menanti-nanti mempelanya datang kembali untuk menjemput pergi ke rumah Bapa di surga Abadi.... amin !

sahykokadinger mengatakan...

Casino de Caliente - Mapyro
Casino de 안산 출장샵 Caliente is located in the heart 서귀포 출장안마 of the San 김제 출장안마 Fernando Valley and 여수 출장마사지 features a casino, wine bar and 원주 출장샵 a bar. It's located near the intersection of San Fernando