Minggu, 24 Mei 2009

Baal, Berhala dan Perdukunan

BAAL, BERHALA DAN PERDUKUNAN

BAAL
Di dalam Alkitab TB LAI, kata baal muncul sebanyak 108 kali. Namun lima ayat pertama yang menyebut istilah baal tidak menunjuk kepada suatu entitas ilahi, melainkan menyangkut nama orang (2 ayat pertama, Kej. 36:38 & 39) dan tempat (3 ayat berikutnya, Kel. 14:2 & 9; Bil. 22:41). Istilah baal mulai digunakan untuk menunjuk kepada suatu entitas ilahi di kemunculan yang keenam di dalam Kitab Suci (Bil. 25:3).
Baal ternyata adalah istilah Ibrani ( lub) yang diserap baik oleh Alkitab bahasa Inggris maupun Indonesia (TB LAI) tanpa diterjemahkan. Arti harfiahnya adalah tuan, pemilik atau suami (J.D. Douglas ed. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini jilid I, Jakarta: YKBK,1995, h. 115).
Dari 108 kali kemunculannya, hanya 1 kali ia disebut di dalam Perjanjian Baru. Namun kemunculan kata baal yang hanya satu kali di Perjanjian Baru, yaitu Roma 11:4 merupakan suatu kutipan atas teks Perjanjian Lama. Suatu kesimpulan sederhana dapat dihadirkan di sini, yaitu bahwa Baal adalah suatu gagasan yang hanya muncul di dalam Perjanjian Lama dan merupakan pergumulan umat Perjanjian Lama.
Kadangkala, Tuhan Israel (Ibr.: YHWH, hwhy) disebut majikan ataupun suami bangsa Israel. Untuk pengertian tersebut, kata baal kadang ditujukan kepada Allah. Tetapi penyebutan ini dapat menyebabkan kekacauan penyembahan kepada Allah Israel. Untuk menghindari hal tersebut, digunakan kata lain yang sepadan untuk suami yaitu ish (cy lih. Hos. 2:15-16).
Kata Baal sendiri lebih menunjuk kepada ilah-ilah atau dewa-dewi yang disembah oleh bangsa-bangsa lain di sekitar Israel. Secara khusus, Baal adalah nama dewa (laki-laki) sesembahan bangsa-bangsa seperti Fenisia dan Kanaan pada zaman Israel kuno. Sementara, untuk dewi (dewa perempuan), adalah Asytoret. Sebagian ahli meyakini bahwa Baal adalah dewa matahari dan Asytoret adalah dewi bulan.
Kemungkinan besar saat itu, istilah yang umum dipakai untuk menyebut yang ilahi selain el (la) dan elohim (\yhla) adalah baal. Perlu diketahui bahwa el dan elohim sendiri bersifat umum yang dapat digunakan bagi ilah atau dewa-dewi manapun. Baal ini kemudian direpresentasikan ke dalam bentuk patung-patung yang sering disebut oleh Allah Israel sebagai berhala.

BERHALA
Sementara, kata berhala muncul sebanyak 152 kali di dalam Alkitab TB LAI. Kata ini hny muncul sebanyak 30 kali di dalam Perjanjian Baru. Di dalam Perjanjian Lama, kata ini muncul pertama kali muncul di dalam Keluaran 34:13. Berhala di dalam teks Inggris adalah idol. Namun di dalam Alkitab King James Version (KJV), kata idol hanya muncul sebanyak 119 kali.
Di dalam teks Ibrani (Perjanjian Lama), ada beberapa kata yang kemudian diterjemahkan menjadi idol (KJV) ataupun berhala (TB LAI), yaitu eliyl (lyla) yang secara harfiah berarti kesiasiaan (Im. 19:4; 26:1); gillul (llg) yang secara harfiah berarti kayu bulat (Ul. 29:17); hebel (lbh) yang secara harfiah berarti kekosongan (Ul.32:21); khamman (}mk) yang secara harfiah berarti batang kayu (Im. 26:30); mashkit (tykcm) yang secara harfiah berarti lukisan pada kayu (Bil. 33:52; ; Ul. 27:15); matstsebah (hbxm) yang secara harfiah berarti patung atau tugu (Kel. 34:13; Ul. 7:5; 12:3); pesel (lsp) yang secara harfiah berarti patung ukiran (Im. 26:1; Ul. 7:25; 27:15; Hkm. 18:30-31).
Selain ketujuh kata tersebut, masih ada 12 kata lain yang semuanya diterjemahkan berhala di dalam TB LAI dan idol di dalam Alkitab teks Inggris (seperti KJV). Kata-kata tersebut adalah aven, yang juga berarti kekosongan atau kehampaan (Ul. 32:21; Yes. 41:29; 66:3; 1 Raj. 16:13; Mzm. 31:6; Yer. 8:19); Emah, yang secara harfiah berarti terror (Yer. 50:38); Miphletzeth, suatu ketakutan, horor (1Raj.15:13; 2 Taw. 15:16); Bosheth, yang secara harfiah berarti memalukan atau hal yang memalukan (Yer.11:13; Hos. 9:10) yang menggambarkan penyembahan kepada Baal; Shikkuts, berarti jijik atau najis (Yeh. 37:23; Nah. 3:6); Semel yang berarti keserupaan atau gambar ukiran (Ul. 4:16); Tselem, yang berarti gambar atau bayangan (Dan. 3:1; 1 Sam. 6:5); Temunah, berarti keserupaan (Ul. 4:12-19); Atsab yang berarti suatu figure yang berasal dari akar kata bekerja yang menunjukkan bahwa berhala-berhala adalah hasil pekerjaan manusia (Yes. 48:5; Mzm. 139:24); Tsir yang berarti sebuah bentuk (Yes. 45:16); Massekah, yang berarti patung tuangan (Ul. 9:12; Hkm.17:3, 4); Teraphim, bentuk jamak yang berarti gambar-gambar, ilah keluarga yang disembah oleh keluarga besar Abraham (Yos.24:14; Hkm.17:5; 18:14, 17, 18, 20; 1 Sam.19:13) (Easton Bible Dictionary, entri idol).
Dari semua kata yang digunakan, dapat dijelaskan secara singkat bahwa berhala menurut Perjanjian Lama adalah patung-patung berbagai macam buatan tangan manusia yang mencitrakan suatu ilah atau ilah-ilah tertentu dan kemudian disembah manusia. Berhala-berhala tersebut adalah palsu – bukan Allah yang sejati sehingga menyembah berhala-berhala tersebut adalah sebuah kesiasiaan dan kekosongan.

PERDUKUNAN
Kata perdukunan tidak muncul sama sekali di dalam Alkitab. Sementara kata dukun hanya muncul satu kali di dalam Alkitab, yaitu Yehezkiel 13:18. Di dalam teks ini disebut ‘dukun-dukun perempuan’. Di dalam teks Ibrani, frasa tersebut adalah tafar (rpt) yang berarti menjahit. Secara bebas, di dalam teks tersebut diterjemahkan ‘wanita-wanita yang menjahit’ karena memang yang menjahit pada jaman itu adalah para wanita. Tetapi LAI menerjemahkan sebagai ‘duku-dukun perempuan’ berhubung teks tersebut secara tidak langsung berbicara mengenai perbuatan dukun.
Namun, itu berarti bahwa teks Alkitab tidak memuat kata dukun. Walaupun begitu, ada istilah-istilah lain yang serupa fungsinya dengan dukun. Kata-kata yg sejajar dg itu a.l. orang bijaksana(Ibr.: \ykj khakiym, harf.: orang bijak), ahli jampi (Ibr.: [cs asyaf, harf.: ahli astrologi), orang berilmu (\trj khartom, harf.: penyihir) ahli nujum (rzg gezar, harf.: peramal), (Dan.2:27; 4:7; 5:7, 11). Dan ada banyak istilah lain.
Ulangan 18:10-13 menjelaskan beragam istilah dan mengapa umat Israel tidak boleh terlibat dengan hal-hal tersebut:

“Di antaramu janganlah didapati seorangpun yang mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya perempuan sebagai korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir, seorang pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-orang mati. Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian bagi TUHAN, dan oleh karena kekejian-kekejian inilah TUHAN, Allahmu, menghalau mereka dari hadapanmu. Haruslah engkau hidup dengan tidak bercela di hadapan TUHAN, Allahmu”.

Petenung, peramal, penelaah, penyihir, pemantera, pemanggil roh orang mati, roh peramal, yang disebut di atas adalah beragam bentuk perdukunan. Dan masih banyak bentuk ataupun penamaan lain yang mencakup perdukunan. Dan Allah membenci semua hal tersebut. Hal tersebut berlaku dahulu dan juga sekarang.

Penutup
Ketika Allah membawa Israel keluar dari Mesir, di Sinai Ia memberikan perintah yang jelas “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku” (Kel. 20:3). Penyembahan kepada Baal, berhala ataupun ilah-ilah lain adalah pelanggaran kepada perintah pertama. Dalam hal ini bukan sekadar melanggar hukum tetapi bahwa Baal, berhala dan ilah-ilah lain adalah allah-allah palsu. Menyembah mereka sama dengan menyembah allah-allah palsu yang sesungguhnya tidak ada, karena hanya ada satu Allah dan satu Tuhan, yaitu Allah semesta alam di dalam Tuhan Yesus Kristus.

Tidak ada komentar: