Minggu, 24 Mei 2009

Kemurnian Hati

KEMURNIAN HATI


Dari seluruh Alkitab frasa ‘hati yang murni’ muncul hanya enam kali, yaitu Mazmur 24:4, Kisah Rasul 23:1, Kisah Rasul 24:16, 1 Timotius 1:5, 1 Timotius 1:19 dan 2 Timotius 1: 3. Masing-masing memiliki konteksnya sendiri. Kita akan menggabungkan semua pemahaman yang ada tentang hati yang murni dan membuat suatu konsep alkitabiah tentang kemurnian hati atau hati yang murni.
Sebelum membahas konsep tersebut, adalah perlu untuk memahami terminologi kata tersebut. Hati di dalam teks Ibrani adalah lev dan Yunani adalah kardia. Kedua kata tersebut secara harfiah berarti jantung. Tentu kita ingat istilah kardiologi (ilmu kedokteran tentang jantung). Istilah ‘hati’ digunakan penerjemah LAI sebagai terjemahan bebas atas levi dan kardia karena tidak tepat bila diterjemahkan ‘jantung’. Baik lev, kardia maupun heart (Inggris) menunjuk dua hal, yaitu jantung sebagai organ tubuh yang memompa darah sekaligus unsur batiniah manusia. Di dalam hal ini, istilah yang sesuai untuk bahasa Indonesia adalah ‘hati’ dan bukan ‘jantung’.
Dan ‘hati’ atau lev dan kardia ketika digunakan di dalam Alkitab, bila tidak menunjuk kepada organ tubuh manusia, berarti atau digunakan untuk menunjuk kepada manusia seutuhnya. ‘Hati’ adalah suatu ungkapan yang dipergunakan Alkitab untuk mengungkapkan segi hidup manusia yang tidak nampak, yang tersembunyi di belakang yang tampak, yang menjadi asas pribadi manusia. Dengan hatinya manusia dapat mengetahui, dapat mengerti dll. Dengan ungkapan hati ini Alkitab juga menunjuk kepada manusia dalam keseluruhannya (atau keutuhannya) dari segi batin. Hati dengan demikian adalah batin manusia.
Terdapat 24 kata di dalam teks Ibrani (menurut kamus BDB) dan 18 kata di dalam teks Yunani (menurut Thayer) yang berarti atau terkait dengan ‘murni’. Dan dari 42 kata tersebut, secara ringkas kata ‘murni‘ dapat didefinisikan sbb.: “terpisah, bersih, tidak tercampur unsur-unsur lain, tanpa cacat dan noda, tulus, tidak curang, tidak licik, lurus, halal, tanpa pengaruh dosa, bersih secara moral, bersinar, benar, bersih dari kesalahan, bebas dari hukuman, utuh atau sempurna”.
Hati yang murni, dengan demikian secara etimologis adalah batin yang lurus, benar, bermoral dan bersih dari dosa, kejahatan, kecurangan, kelicikan, cacat, noda dan hukuman”. Dan dalam pembahasan ini tentu yang menjadi tolok ukur atau standar adalah Firman Allah, yaitu Allah. Ketika dikatakan lurus, misalnya, ukurannya adalah Firman Allah. Demikian pula dengan benar, moral dan seterusnya.

Apakah gambaran hati yang murni itu?
Gambaran yang lengkap atau utuh mengenai hati yang murni adalah yang diperagakan oleh Yesus Kristus sendiri. Beberapa contoh dapat disebutkan di sini. Misalnya, ketika Ia bertemu dengan wanita yang ketahuan berzina dan pelacur yang sujud di kaki-Nya. Kedua wanita tersebut memiliki dosa-dosa seksual, tetapi Ia menerima mereka dengan tulus bahkan mengampuni mereka. Ketika Yesus Kristus mengobrak-abrik Bait Allah, Ia mengekspresikan amarah tanpa berbuat dosa. Amarah-Nya hanya karena Bait Allah dilecehkan. Ketika Ia bergumul mengenai sengsara yang Ia hadapi, Ia memilih mengikuti kehendak Bapa dan bukan kehendak-Nya sendiri. Ketika Ia disalib, dengan segala kesempatan dan kemampuan yang dapat Ia lakukan, Ia memilih tidak melawan dan mematuhi rencana Bapa atas-Nya.

Bagaimana memiliki hati yang murni?
Untuk dapat memiliki hati yang murni, seseorang harus bertobat terlebih dahulu. Bertobat di sini adalah percaya kepada Yesus Kristus dan karena percaya itu mengalami perubahan pikiran atau orientasi kehidupan secara menyeluruh. Metanoia secara harfiah berarti perubahan pikiran. Dalam konsep alkitabiah, perubahan ini tidak sekadar dari bergerak ke arah kiri berubah menjadi ke arah kanan, tetapi berubah dari dunia menjadi sorga. Yohanes 3:3 menjelaskannya. Seseorang harus dilahirkan kembali. Teks asli Yunani (Yun.: gennethe anothen) berarti dilahirkan dari atas. Ini untuk membedakan dunia bawah, yaitu bumi dengan dunia atas, yaitu sorga. Seseorang haruslah memiliki sorga sebagai orientasi kehidupan untuk dapat memiliki hati yang murni.
Pertobatan ini memberikan perubahan hati (lih. Yeh. 11:19; 36:26). Menurut teks ini, Allah sendiri yang memberikan hati tersebut, yaitu ketika seseorang bertobat. Allah menyediakan hati yang baru.
Namun, di sisi lain, karena setiap orang percaya telah berubah orientasi kehidupan, ia diminta bertanggungjawab untuk mengubah dirinya. Roma 12:1-3 menegaskan hal tersebut. Dan ada penekanan pada pikiran di sini (budi = nous yang berarti pikiran). Berubah di sini tujuannya adalah untuk tidak menjadi sama dengan dunia.
Perubahan ini berlangsung terus-menerus (2 Kor. 4:16), yaitu setiap hari. Dan tujuan perubahan tersebut adalah menjadi serupa dengan Kristus (Rm. 8:29; Rm. 12:2; 2 Kor. 3:18; Flp. 3:8). Menjadi serupa (summorfos: sun, bersama-sama dan morfe, bentuk atau kodrat, hakekat, berarti ‘menjadi sama bentuk, kodrat atau hakekat’) dengan Kristus berarti memiliki hati yang serupa dengan Kristus; memiliki batin yang serupa dengan Kristus.

Tidak ada komentar: