Minggu, 24 Mei 2009

Kerja adalah Ibadah

KERJA ADALAH IBADAH

Dalam Alkitab TBLAI, terdapat 203 kali kata ibadah. Sementara untuk kata ‘kerja’ dan turunannya, terdapat sebanyak 533 kali. Sebuah fakta yang mengejutkan, bahwa Alkitab lebih banyak mencantumkan kata ‘kerja’ daripada kata ‘ibadah’. Sebuah fakta lain, kata ‘kerja’ muncul lebih dulu, yaitu di Kejadian. 2:2. Sementara kata ‘ibadah’ baru muncul pada Kel. 3:12.
Saat ini, ‘kerja’ yang hendak dibahas adalah ‘kerja’ sebagai sebuah profesi untuk mencari nafkah. Tetapi sebelumnya, menurut Galatia 6:4:
“Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain”.
Ada pekerjaan lain yang tidak berkaitan dengan profesi kita. Dalam Galatia ini, pekerjaan merupakan terjemahan dari kata “ergo” yang berarti:
1. bisnis, usaha, yang dilakukan seseorang
2. suatu produk apapun yang dikerjakan oleh tangan, seni, industri atau pikiran.
3. suatu tindakan atau perbuatan atau sesuatu yang dilakukan
Walaupun arti harafiah ergo adalah pekerjaan profesi, namun Paulus menempatkannya dalam konteks iman seseorang dalam hubungannya dengan orang-orang lain.
Adalah suatu fakta alkitabiah bahwa kata ‘kerja’ pertama kali muncul dikenakan pada entitas Allah, pada diri Allah dan bukan diri manusia (Kejadian. 2:2: “Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu”). Dengan kata lain, kerja adalah salah satu hakekat Allah. Ketika manusia bekerja, sesungguhnya itu adalah bagian dari gambar dan rupa Allah yang ia miliki (Kejadian 1:26, 27). Binatang dan mahluk-mahluk lain tidak bekerja. Kerja bukanlah kutukan Taman Eden. Dengan demikian, ketika kita bekerja, kita menjalankan hakekat kita sebagai manusia. Hakekat manusia yang merupakan turunan dari hakekat Allah. Manusia yang tidak bekerja telah kehilangan hakekatnya sebagai manusia. Manusia yang lebih menyukai bermalas-malasan juga telah kehilangan hakekatnya sebagai manusia.
Kerja, ergo, yang dibicarakan Alkitab tidaklah sebatas kerja di kantor. Bekerja di kantor atau perusahaan tempat seseorang bekerja adalah bagian dari ‘kerja’ atau ergo itu sendiri. Ketika Alkitab berbicara mengenai ‘kerja’, maka itu adalah keseluruhan kehidupan kita yang juga merupakan ibadah kita.
Ibadah sendiri dalam PB, dalam teks asli bahasa Yunani berasal dari banyak kata, setidaknya sembilan kata, yaitu:
1. Proskuneo: di antara orang-orang Timur khususnya orang-orang Persia, proskuneo berarti bersujud dengan lutut menyentuh tanah dan menyentuhkan kepala atau dahi ke tanah sebagai suatu ungkapan penghormatan atau pemuliaan yang mendalam.
2. Sebomai: menghormati, yaitu, mengagungkan. Lebih kepada pengabdian, keagamaan, ibadah.
3. Doxa: dalam PB selalu diartikan sebagai suatu opini atau pandangan yang baik akan seseorang yang menghasilkan pujian, penghormatan dan pemuliaan terhadap seseorang tersebut.
4. Latreuo: Melayani, mengabdi baik kepada dewa-dewa ataupun manusia dan digunakan baik kepada budak-budak maupun orang-orang merdeka.
5. Eusebeuo: Bertindak dengan penuh pengabdian kepada Allah, negara, majikan, keluarga, dan semua.
6. Ethelothreskeia: ibadah asketis yang dilakukan sukarela
7. Diakonia: pelayanan orang-orang yang diberikan kepada orang-orang lain yang menampilkan belas kasihan Kristen terutama mereka yang membantu memenuhi kebutuhan orang-orang dengan mengumpulkan dan membagikan bantuan atau sumbangan.
8. Leitourgia: Sebuah pelayanan atau ibadah imam-imam yang secara relatif berkaitan dengan doa-doa dan korban-korban persembahan yang diberikan kepada Allah dan juga suatu persembahan atau dukungan untuk kelegaan orang-orang yang membutuhkan.
9. Douleuo: menjadi seorang budak, melayani atau sebuah negara yang mengabdi kepada negara lain (dijajah). Secara metaforis berarti mematuhi, menyerahkan diri; dalam pengertian yang baik, memberikan pengabdian.
Jelas bahwa ibadah memiliki makna jauh lebih luas dari sekadar kebaktian Kristiani. Ibadah mencakup keseluruhan kehidupan kita.
Dengan demikian, bila dikaitan ke dalam dunia kerja dan profesi, maka seharusnyalah seorang Kristiani (a) menunjukkan imannya di mana saja dan kapan saja, bukan dalam rangka sok suci, tetapi bagian dari hidup yang memuliakan Allah. Amsal 15:17 menyatakan: “Lebih baik sepiring sayur dengan kasih dari pada lembu tambun dengan kebencian”.
Orang-orang percaya harus mulai belajar menjalani hidup yang sederhana di dalam kebenaran Allah. Berkat Allah tidak identik dengan kaya raya. Tanpa tendensi untuk menghakimi tetapi justru berusaha menyatakan secara jujur dan mengajak orang-orang untuk jujur terhadap diri sendiri, adalah sangat sulit sekali -khususnya di Indonesia- menjadi kaya raya secara benar;
(b) Menjadi pelayan terhadap sesama. Atasan harus mendapat penghormatan yang tinggi dari bawahan, sebaliknya atasan juga memberikan penghormatan yang tinggi kepada bawahan. Kepada para bawahan, Ia berkata: “Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia” (Efesus 6:5-7). Kepada para atasan, Ia berkata, “Dan kamu tuan-tuan, perbuatlah demikian juga terhadap mereka dan jauhkanlah ancaman. Ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di sorga dan Ia tidak memandang muka” (Efesus 6:9);
(c) Bekerja bukan untuk manusia tetapi untuk Tuhan. “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya” (Kolose 3:23-24);
(d) Bertindak dan berperilaku yang murni, dan bukan sekadar moralis. Pilihan-pilihan benar, termasuk dalam pengambilan-pengambilan keputusan, yang dilakukan seorang percaya, dilakukan bukan karena ia seorang yang moralis, melainkan karena kemurnian hati yang ia miliki oleh karya Roh Allah;
(e) Menjadi saluran berkat dari berkat yang diperoleh, karena semuanya adalah milik Tuhan. Kolose 3:12 menyatakan: “Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran”.

3 komentar:

ABDI CHRIST mengatakan...

nice posting . Apa hasil tulisan sendiri?

ABDI CHRIST mengatakan...

nice posting :) apakah hasil tulisan sendiri atau ada sumber lain?

Unknown mengatakan...

Saya setuju dengan hal ini