Minggu, 24 Mei 2009

Doa dab Tanggung Jawab

PERANAN DOA DAN PERANAN TANGGUNG JAWAB
DI DALAM MENJALANI HIDUP


Pendahuluan
Tentu kita semua sudah tahu tentang doa dan pasti sudah berdoa dengan tekun. Namun tidak keliru bila kita belajar kembali apakah doa secara ringkas. Di dalam teks Ibrani, ada 12 kata yang terkait dan diterjemahkan menjadi doa dan di dalam teks Yunani ada 7 kata.

Secara ringkas mari kita lihat pertama-tama dari teks Ibrani:
1. ba’u berarti petisi atau permintaan;
2. baqash berarti mencari di dalam doa; memohon;
3. darash juga berarti mencari (termasuk mencari Allah);
4. hamah berarti berseru, menjerit;
5. khannoth berarti berbelas kasihan;
6. khalah berarti memelas dalam kesakitan;
7. lakhash berarti berbisik (di dalam doa);
8. maseth berarti mengangkat tangan (seperti di dalam berdoa);
9. athar berarti membakar dupa, bersyafaat bagi orang-orang lain;
10. siyakh dan siykhakh berarti merenung, kontemplasi;
11. takhanun, takhanunah berarti doa yang sungguh-sungguh;
12. tephillah berarti nyanyian doa;

Sekarang mari kita lihat dari teks Yunani:
1. ara berarti doa (yg dinaikkan ke sorga);
2. de’esis berarti permohonan;
3. enteukhis berarti bersyafaat;
4. eukhe berarti sebuah harapan;
5. proseukhe berarti berdoa sungguh-sungguh;
6. proseukhomai berarti menyembah Allah;
7. leiturgeuo berarti mengabdi kepada negara; melayani Kristus baik melalui doa maupun menasehati orang lain tentang keselamatan.


Definisi Doa
Dari kesembilanbelas definisi kata tersebut dengan demikian dapat dipahami apa yang Alkitab ajarkan tentang doa. Paling tidak dapat dibangun definisi doa sbb.:
Doa adalah komunikasi dan percakapan dengan Allah; komunikasi jiwa dengan Allah, bukan hanya di dalam kontemplasi atau meditasi saja tetapi komunikasi langsung dengan Allah. Berdoa berarti mencari Tuhan; mencurahkan jiwa kepada Tuhan; dan mendekat kepada Allah.
Menurut Fausett, bagi orang-orang yang menentang doa (biasanya orang-orang skeptis), setidaknya ada dua argumentasi yang umum diajukan:
1. Manusia tunduk kepada hukum-hukum universal dan general;
2. kuasa predestinasi, hikmat dan kasih Allah membuat doa tidak berguna dan tidak perlu.
Terhadap kedua argumentasi tersebut, responsnya adalah bahwa:
1. hukum-hukum general adalah nama lain untuk kehendak Allah. Ada hukum-hukum yang lebih tinggi dari hukum general. Dan hukum general tunduk kepada hukum yang lebih tinggi tersebut.
2. Manusia diciptakan sebagai agen moral yang bebas menentukan sendiri.
Manusia, sejak jatuh ke dalam dosa, dilahirkan di dalam kelemahan. Kelemahan kita membawa diri kita sendiri kepada kasih, pemeliharaan dan kuasa Allah Bapa. “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan” (Rm. 8:26).

Relasi Doa dengan Perbuatan
“Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya” (Mt. 6:8). Di sini Tuhan tidak melarang kita meminta kepada-Nya, tetapi Tuhan ingin kita tahu bahwa Bapa mengetahui semua keperluan kita. Ia mengetahui karena Ia mengasihi. Dan yang paling tahu apa yang kita perlukan adalah Allah.
Kita boleh berdoa untuk berkat tertentu, temporer dan rohani tetapi di dalam penundukan akan kehendak Allah bagi diri kita sendiri. “Jadilah kehendak-Mu” (Mt. 6:10) dan “jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya” (1 Yoh. 5:14-15) adalah batasan atau limitasinya. Setiap doa yang benar dan sejati berisikan limitasi atau batasan ini. Ia tidak akan berdoa di luar kehendak Allah. Maka Allah kemudian menganugerahkan petisinya atau bahkan yang lebih baik dari itu sehingga tidak ada doa yang sejati yang sia-sia (2 Kor. 12:7-10; Luk. 22:42; Ibr. 5:7).
Dalam hal ini ia juga tahu dan yakin sekali bahwa yang ia kerjakan diberkati oleh Allah. Tetapi jika seseorang tidak yakin apa yang dilakukannya diberkati Allah atau tidak, maka dua hal yang harus direnungkan, (1) apakah ia sudah mempercayakan kehidupannya kepada Allah di dalam Yesus Kristus;(2) apakah ia mengerti kebenaran Firman Allah.
Doa menghasilkan dan menguatkan di dalam pikiran kita ketergantungan kepada Allah, iman dan kasih. Lebih jauh, doa tidak menggantikan kerja dan karya. Berdoa dan bekerja saling melengkapi dan memberikan keseimbangan (contoh: Neh. 4:9).
Dengan demikian, segala sesuatu yang kita jalani di dalam segala aspek kehidupan, kita jalani dengan bekerja dan berkarya semaksimal mungkin. Sebagai contoh, bila seseorang ingin memperoleh nilai yang baik di dalam perkuliahannya, ia harus rajin belajar. Bila ia ingin memperoleh nilai yang bukan hanya baik, tetapi terbaik, ia harus belajar dengan tingkat kerajinan dua kali lipat atau lebih. Bila seseorang ingin meraih karir yang baik, ia harus bekerja giat; bila ia menginginkan karir yang gemilang, ia harus bekerja dengan kerajinan dua kali lipat atau lebih. Ia harus gila-gilaan di dalam belajar atau bekerja.
Demikianlah Amsal menegaskan: “Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya” (Ams. 10:4), Adalah tanggung jawabnya untuk belajar rajin, bekerja rajin. Dan juga adalah tanggung jawab setiap orang percaya untuk menjaga kesehatan, untuk berhati-hati di dalam menjalani kehidupan, untuk tidak mencari musuh, untuk hidup di dalam kasih dan menghindari permusuhan, untuk taat kepada hukum, dst.
Tetapi dalam pada itu, ketika ia mempersiapkan dirinya dengan belajar sangat giat, ia juga berdoa dan meminta berkat kepada Allah. Dan ketika ia memperoleh nilai yang baik, atau bahkan yang terbaik, ia bersyukur bahwa itu adalah semata-mata karena berkat Allah. Ia menyadari bahwa berkat tersebut berasal dari Allah semata-mata. Amsal 10:22 menekankan hal tersebut: “Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya”.
Ini menjadi jauh lebih jelas lagi di dalam Perjanjian Baru. Filipi 2:13 menyatakan: “karena Allah-lah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (lihat juga Rm. 9:16, 20, 21; Flp. 1:6). Ketiga perikop tersebut hendak menegaskan bahwa semua yang kita miliki, kerjakan dan raih adalah karya Allah di dalam kehidupan kita. Allah yang mengerjakan dari awal, mulai dari kehendak atau kemauan, juga kekuatan (semangat, gairah, persistensi dan konsistensi) untuk melaluinya, kemampuan (teknik, keahlian dan kreativitas) untuk melakukan, bahkan sampai pada pekerjaan (karya, hasil dan buah) yang terselesaikan dengan sempurna. Semua Allah yang mengerjakan di dalam diri kita.

Kesimpulan
Dengan demikian setiap orang percaya akan bertanggungjawab atas semua aspek kehidupannya dan menggarapnya sungguh-sungguh. Tidak ada satu aspekpun di dalam kehidupannya di mana ia tidak bertanggungjawab. Doanya memohon penyertaan dan berkat Tuhan bukan karena ia belum disertai dan diberkati tetapi karena ia meyakini penyertaan dan berkat Tuhan atas kehidupannya. Doa-doanya penuh ucapan syukur, ekspresi kasih kepada Allah dan penyerahan hidup kepada Allah, namun juga pertobatan dan introspeksi diri dengan bercermin pada Kristus. Dan tidak banyak permintaan diajukan di dalam doanya. Dan dengan penuh kerendahan hati, ia hanya mengatakan bahwa semua yang ia alami, kerjakan, miliki dan raih adalah karena Allah mengerjakannya di dalam kehidupannya.

Tidak ada komentar: