Minggu, 24 Mei 2009

Sabbath: Saturday or Sunday or Everyday?

SABAT ATAU HARI TUHAN

Pendahuluan
Apakah menjadi masalah hari apa yang kita rayakan – atau bahkan apa perlu kita mengkhususkan satu hari tertentu? Apakah Alkitab menetapkan hari Minggu sebagai hari Tuhan? Apakah Sabat diberikan bagi orang-orang Yahudi saja – sementara orang-orang Kristen diperintahkan untuk memelihara hari Minggu sebagai hari Tuhan?
Tanpa keraguan, kebanyakan orang Kristen menerima hari Minggu sebagai hari Tuhan Perjanjian Baru. Orang-orang Muslim hari Jumat. Beberapa agama tidak memelihara hari apapun. Tetapi ada orang-orang yang bersikeras bahwa hari Sabat masih mengikat. Namun demikian, hanya sebagian kecil yang memelihara hari Sabat secara serius – bahkan mayoritas besar kekristenan mengabaikan pertanyaan ini. Sebagai sebuah fakta berkaitan dengan hal ini, di seluruh dunia, di mana sedang terjadi kebangkitan agama-agama, termasuk kekristenan, kelompok Adventis kehilangan 1.5 juta anggota sejak lima tahun terakhir (www.exadventist.com - August 15, 2007). Bukti lain bahwa kebanyakan orang Kristen kurang memperhatikan topik ini –Sabat atau Minggu- terlihat dari banyaknya situs internet dari kelompok yang pro-Sabat sementara hampir tidak ada (jarang sekali) situs dari pro-Minggu.
Apa yang Alkitab katakan mengenai Sabat? Apakah hari Minggu yang benar, ataukah hari Sabtu?

Terminologi
‘Sabat’,dalam bahasa Inggris adalah Sabbath, berasal dari kata shabbat (Ibrani), yang berarti ‘berhenti’ atau ‘beristirahat’. Padanan dalam bahasa Yunani adalah Sabbaton dan Latin adalah Sabbatum.

Teks-teks Alkitab menyangkut Sabat
Hari Sabat adalah hari istirahat yang dikuduskan oleh Tuhan (Kel. 16:23; 31:15; Bil. 5:14). Semua pekerjaan dilarang, yang berlaku baik atas orang-orang Israel maupun orang-orang asing, binatang maupun manusia. (Kel. 20:8-10; Bil 5:12-14). Hal-hal berikut ini terlarang: memasak (Kel. 16:23); mengumpulkan manna (16:26 dst); menabur dan menuai (34: 21); menyalakan api (untuk memasak, 35:3); mengumpulkan kayu (Bil. 15:32.); mengangkut beban (Yer. 17:21-22); memeras anggur, membawa hasil tani, dan membawa ternak (Neh.13:15); berdagang (Ibid, 15).
Berjalan, dengan alasan agamawi, tidak dilarang, larangan dalam Kel. 16:29, mengacu hanya keluar untuk mengumpulkan makanan;ditetapkan dalam pengudusan hari-hari raya (Im.23:2-3), dan merupakan hal yang umum pada zaman raja-raja (2 Raj 4:23). Pada zaman kemudian, semua gerakan dibatasi hingga jarak 2000 hasta (1 hasta setara dengan jarak sekitar 45 cm. 2000 hasta berarti 900m/tidak sampai 1 km).atau disebut juga ‘seperjalanan Sabat’ (Kis.1:12).
Perhentian total dari bekerja hanya ditujukan untuk Sabat dan Hari Penebusan (Kel.12:16; Im. 23:7 dst). Pelanggaran dengan sengaja atas Sabat akan dihukum mati (Kel.31:14-15; Bil.l15:32-36). Larangan bekerja dibuat agar dapat mempersiapkan makanan, dan apapun yang diperlukan, sehari sebelum Sabat, yang dikenal sebagai hari persiapan (Paraskeue; Mat. 27:62; Mrk. 15:42, dll). Selain tidak boleh bekerja, kegiatan-kegiatan agamawi khusus harus dilakukan: (a) persembahan korban harian digandakan, di mana dua ekor anak domba usia setahun tanpa cacat dipersembahkan di pagi hari, dan dua di sore hari dan dua kali lipat jumlah tepung untuk korban sajian dari biasanya (Bil. 28:3-10); (b) roti-roti sajian yang baru baru ditempatkan di hadapan Tuhan (Im. 24:5; 1 Taw. ; 9:32). (c) Pertemuan ibadah harus diadakan (Im.23:23; Yeh.46:3). Ibadah di sinagoge mulai ada setelah pembuangan.

Makna Sabat
Sabat adalah pengudusan satu hari dari masa satu minggu kepada Allah sebagai Pencipta alam semesta dan waktu. Hari tersebut dengan demikian adalah hari Tuhan, yang mensyaratkan manusia untuk tidak bekerja untuk tujuan dan kepentingannya sendiri, karena dengan bekerja, ia akan menujukan hari tersebut bagi dirinya sendiri, dan pada hari Sabat ia akan mengabdikan semua kegiatannya kepada Allah dengan tindakan-tindakan ibadah yang positif. Setelah perjanjian Sinai, Allah berdiri di hadapan Israel sebagai Tuan atas perjanjian tersebut (Israel sebagai umat). Hari Sabat dengan demikian menjadi tanda dan pemeliharaannya adalah suatu peneguhan atas pakta dalam Keluaran 31:13.
Tetapi sementara Sabat adalah hari agamawi, ia memilih sisi sosial dan humanitarian. Itu juga ditujukan sebagai hari istirahat, khususnya untuk para budak (Bil. 5:14). Karena karakter ganda, agamawi dan filantropis, dua alasan yang berbeda diberikan untuk pemeliharaan hari itu. Yang pertama berasal dri beristirahatnya Allah pada hari ketujuh penciptaan (Kel. 20:11;31:17).Ini tidak berarti bahwa Sabat dibentuk pada saat penciptaan, tetapi bahwa orang-orang Israel harus meniru (to imitate) teladan Allah dan beristirahat pada hari di mana Ia telah kuduskan dengan beristirahat. Sabat sebagai tanda perjanjian Sinai menyinggung kelepasan dari perbudakan Mesir. Dengan demikian dalam sisi yang kedua, org23 Israel diikat untuk mengingat bahwa mereka dahulu adalah budak di Mesir dan dengan demikian harus beristirahat dengan ingatan penuh syukur dan mengijinkan budak-budak mereka untuk beristirahat (Bil. 5:14-15). Sebagai peringatan akan berkat-berkat Allah atas Israel hari Sabat seharusnya menjadi hari sukacita (Yes. 57:13) dan harus dipraktekkan demikian (Hos. 2:11; Rat. 2:6). Namun, di hari Sabat tidak ada puasa (Yudit 8:6).

Asal-mula Sabat
Hari Sabat pertama kali ditemukan dalam kaitan dengan pemberian manna (Kel. 16:22 dst), tetapi itu muncul sebagai sesuatu yang sudah dikenal oleh orang-orang Israel (Keluaran 16:22 dst). Hukum Sinai dengan demikian memberikan desakan hukum akan suatu tradisi yang sudah ada. Asal-mula kebiasaan ini tidak jelas. Ia tidak diadaptasi dari Mesir. Beberapa tahun terakhir suatu penemuan dari Babilonia ditemukan. Terdapat di sana sebuah loh batu dengan tulisan yang menyinggung kata shabbatu yang setara dengan um nuh libbi (dalam bahasa mereka), yang adalah ‘hari menyenangkan hati dewa-dewa’. Terdapat kalender di Babel antara bulan Elul dan Markhesyan disebutkan tanggal ketujuh, #14, #21, #28, dan #19, yang terakhir mungkin karena hari #49 (7x7) dari awal bulan pertama, sebagai hari-hari di mana raja, dukun dan tabib tidak boleh melakukan perbuatan tertentu. Hari-hari ini adalah Shabattu, yang sejajar dengan Sabat. Namun, hari-hari ini mengikuti fase-fase bulan, sementara Sabat Yahudi adalah perayaan mingguan tanpa kaitan dengan bulan.

Pemeliharaan Sabat
Pelanggaran-pelanggaran hari Sabat sering terjadi sebelum dan setelah pembuangan (Yer 17:19 dst, Yeh 20:13, 16, 21, 24; 22:8, 38); itu sebabnya para nabi memberikan penekanan yang besar pada pemeliharaan yang tepat (Amos 8:5; Yes 1:13; 57:13-14; Yer 17:19; Yeh 20:12 dst). Setelah Restorasi bait Allah, hari tersebut menjadi begitu profan dan Nehemia sulit menghentikan pelanggaran tersebut (Neh13:15-22). Tidak lama, sebuah gerakan dibuat untuk menegakkan pemeliharaan yang hati-hati yang beranjak begitu jauh dari hukum tersebut. Pada masa Makabe orang-orang Yahudi yang setia membiarkan diri mereka dibunuh daripada berperang pada hari Sabat (1 Makabe 2:35-38); Mathathias dan para pengikutnya menyadari kekonyolan kebijakan seperti itu dan memutuskan untuk membela diri mereka jika diserang pada hari Sabat, meskipun mereka tidak akan menyerang (1 Makabe 2:40-41; 2 Makabe 8:26).

Sabat dalam Perjanjian Baru
Kristus, sementara memelihara Sabat, menentang pelaksanaan yang kaku di mana manusia menjadi budak hari tersebut. (Matius 23:4), dan menyerukan prinsip "Sabat untuk manusia bukan manusia untuk Sabat " (Mark 2:27). Ia memulihkan Sabat, dan membela murid-muridNya. Dalam argumentasiNya, Ia menunjukkan bahwa Sabat tidak dilanggar dalam kasus-kasus yang perlu dan untuk menolong (Mat 12:3 sqq.; Mark 2:25 sqq.; Luk 6:3 sqq.; 14:5).
Paulus mendaftarkan sabat di antara aturan Yahudi yang tidak wajib bagi orang-orang Kristen (Kolose 2:16 Galatia 4:9-10; Roma 14:5). Orang-orang non-Yahudi mengadakan pertemuan-pertemuan pada hari pertama tiap minggu (Minggu) (Kisah Rasul 20:7; 1 kor 16:2). Dan dengan lenyapnya gereja-gereja Kristen Yahudi hari Minggu dipelihara sebagai hari Tuhan
Ada beberapa teks Alkitab dalam Perjanjian Baru yang berkaitan dengan Sabat:
• Matius 24:14-20: Di dalam perikop ini, Yesus menyarankan di dalam ayat 20 agar setiap orang berdoa “supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat”.
• Markus 2:23-28: Yesus dan murid-muridNya memetik bulir-bulir gandum pada hari Sabat, dan dengan kasar dikritik oleh orang-orang Farisi. Yesus menjawab bahwa ketika Raja Daud lapar, ia memakan roti sajian di Rumah Allah. Yesus menyimpulkan dengan perkataan bahwa Sabat dibuat untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, maksudnya, kebutuhan-kebutuhan personal diutamakan.
• Markus 3:1-5: Di dalam perikop ini dan banyak perikop Injil lainnya, Yesus dengan tajam dikritik oleh orang-orang Farisi karena Ia menngambil makanan dan menyembuhkan orang pada hari Sabat. Yesus memelihara hari Sabat, tetapi mengkritik hukum dan peraturan orang-orang Farisi yang terlalu ketat menyangkut hari istirahat. Ia menekankan di seluruh pelayananNya sebuah tujuan yang berbeda bagi Sabat: sebuah hari yang seharusnya dinikmati oleh orang-orang percaya, dan suatu waktu di mana banyak aktivitas normal – khususnya yang menolong orang-orang lain – boleh dilakukan.
• Lukas 4:16: Yesus digambarkan sedang memasuki sinagoge pada hari Sabat, dan mengajar di sana, sebagaimana kebiasaanNya. Perikop yang serupa muncul di dalam Mrk 1:21, Mrk 6:2, Luk 4:31, Luk 6:6, Luk 13:10, dan Yoh 5:14.
• Luk 23:56: Para wanita pengikut Yesus “beristirahat menurut hukum Taurat” pada hari Sabat setelah Yesus mati di kayu salib. Di dalam Mrk 16:1, tiga wanita pengikut Yesus menunggu sampai hari Sabat berakhir ketika matahari terbenam di hari Sabtu sebelum membawa rempah-rempah untuk mengurapi tubuh Yesus.
• Kis 13:14: Paulus dan Barnabas pergi ke sinagoge pada hari Sabat di Antiokhia (Lih Kis 16:13; 17:2; 18:4).

Mengapa Kita tidak Merayakan Hari Sabat
Apakah Allah telah mengesahkan perubahan Sabat? Terdapat perbedaan yang jelas antara Sabat sebagai sebuah institusi dan hari khusus yang ditetapkan untuk melaksanakannya. Pertanyaannya, dengan demikian, adalah perubahan hari tidak mempengaruhi kewajiban terus-menerus akan Sabat sebagai sebuah institusi. Perubahan hari, atau tidak, Sabat tetap merupakan sebuah lembaga yang sacral yang sama. Itu tidak dapat dihapuskan. Sebelum membahas lebih jauh di PB, adalah baik bila melihat kembali kitab pertama dalam PL..
Kej 2:2-3 berbunyi demikian: “Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuatNya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang dibuatNya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuatNya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuatNya itu”.
Allah beristirahat karena pekerjaanNya telah selesai. Itu adalah satu-satunya alasan yang dapat dipertahankan. Allah beristirahat karena pekerjaanNya bukan hanya telah selesai tetapi baik. Tidak ada cerminan akan hal itu. Tetapi ketika pekerjaan sempurna Allah dinodai oleh dosa, dengan “Kejatuhan Manusia”, istirahat SabatNya dirusak. Ketika manusia jatuh, adalah perlu bagi Allah untuk mengulangi karyaNya, kali ini bukan melanjutkan penciptaan benda-benda material, tetapi dengan tujuan penebusan manusia agar ia dapat menjadi seorang ciptaan baru di dalam Yesus Kristus (2 Kor 5:17). Jadi Yesus, dalam menjelaskan misiNya berkata “BapaKu bekerja sampai sekarang [dalam penciptaan], maka Akupun bekerja juga [dalam penebusan]” (Yoh 5:17).
Di dalam Kej 2:1-3, kita hanya diberitahu bahwa Allah beristirahat dari pekerjaan penciptaanNya pada hari Ketujuh. Hari tersebut tidak disebut hari Sabat. Kita diberitahu bahwa Allah memberkati dan menguduskan hari tersebut. Yaitu, dipisahkan sebagai hari Istirahat. Perlu diperhatikan di sini bahwa kita tidak diberitahu panjangnya ‘hari Ketujuh’ dalam Minggu Penciptaan, tetapi itu seharusnya sejajar dengan hari-hari yang lain. Selain itu, perlu diperhatikan juga bahwa kata hari dalam teks Ibrani adalah ‘yom’. Yom seringkali dipakai untuk menandai waktu 1x24 jam. Namun dalam hari Penciptaan, definisi teknis atas yom tersebut tidak mungkin diterapkan, mengingat satu hari adalah masa/waktu di mana bumi berputar pada porosnya yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi dan matahari, sementara matahari diciptakan pada hari keempat. Bumi sendiri, pada Kej 1:2 dikatakan: “Bumi belum berbentuk dan kosong” di mana belum berbentuk dan kosong berasal dari kata tovu wavohu yang berarti kacau-balau. Bumi sudah ada, tetapi kacau-balau.
Jika Allah menetapkan “Sabat” sebelum “Kejatuhan Manusia,” menjadi aneh bahwa fakta tersebut tidak terekam di dalam Kitab Kejadian, dan bahwa Adam tidak diperintahkan untuk memeliharanya. Tidak ada bagian manapun di dalam Kitab Kejadian di mana Adam, atau keturunan-keturunannya, atau Nuh, atau Abraham memelihara hari Sabat. Satu-satunya kejadian di mana terdapat pembagian tujuh-hari ditemukan di dalam kisah air bah, yaitu Kej 7:4, 10, ketika tujuh hari anugerah diberikan sebelum air bah datang, dan Kej 8:8-12, di mana sebuah periode tujuh hari muncul di antara pelepasan burung merpati.
Kejadian pertama di mana Sabat disebut terdapat di dalam Kel 16:23-26, di dalam kaitan dengan pengumpulan manna. “Enam hari lamanya kamu memungutnya, tetapi pada hari yang ketujuh ada sabat, maka roti itu tidak ada pada hari itu”. Di sini ditemukan hari ‘ketujuh’ yang disebut Sabat. Bahwa Hari Ketujuh dari ‘Minggu Penciptaan’ adalah model untuk hari Sabat adalah jelas dari Kel 20:11: “Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya”. Tetapi kita tidak memiliki bukti bahwa Sabat diperintahkan untuk dipelihara hingga setelah Keluaran, dan alasannya adalah jelas. “Hari Istirahat’ Allah dirusak oleh ‘Kejatuhan Manusia’, dan tidak akan ada istirahat hingga penebusan dilakukan, dan ini dilakukan melalui penebusan anak-anak Israel dari MEsir melalui persembahan ‘Domba Paskah’ yang adalah lambang Kristus. Tujuan kelepasan mereka adalah bahwa mereka dapat beristirahat di Kanaan dari penderitaan dan perbudakan di Mesir (Ul 5:15).
Ketika beberapa minggu kemudian ‘Sepuluh Perintah Allah’ diberikan di Gunung Sinai Tuhan berbicara kepada orang-orang Israel “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat” (Kel 20:8), hari Sabat yang harus mereka ingat bukanlah ‘Hari Ketujuh’ di mana Allah beristirahat, tetapi ‘Hari’ yang telah Allah tetapkan sebagai ‘Hari Sabat’ pada saat pemberian manna.
Perintah untuk memelihara hari Sabat diberikan kepada orang-orang Israel secara eksklusif. Itu tidak diberikan kepada orang-orang non-Yahudi. Itu diberikan kepada Israel sebagai ‘Tanda’ atas Perjanjian Musa. ”Katakanlah kepada orang Israel, demikian: Akan tetapi hari-hari SabatKu harus kamu pelihara, sebab itulah peringatan antara Aku dan kamu, turun-temurun, sehingga kamu mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan kamu” (Kel 31:13; Yeh 20:12, 19-21). Hari Sabat menjadi milik orang-orang Yahudi saja dan tidak mengikat bagi orang-orang kafir (dunia) dan bagi Gereja (orang-orang Kristen). Tidak ada bagian manapun di dalam Alkitab di mana Allah menyatakan bersalah orang-orang atau bangsa, kecuali bangsa Yahudi, yang tidak memelihara hari Sabat. Sebagai suatu ketetapan Yahudi, itu tidak pernah dibatalkan, diubah atau dialihkan ke hari lain, atau kepada umat yang lain.
Jika demikian, maka ‘Sabat’ tidak menjadi milik Gereja, dan tidak perlu dipelihara oleh orang-orang Kristen, karena ‘Hari Sabat’ adalah bagian dari ‘Hukum’, dan orang-orang Kristen tidak di bawah ‘Hukum’, tetapi di bawah ‘Anugerah’ (Rm 6:14). Di dalam suratnya kepada orang-orang Kristen di Galatia, Paulus menentang mereka yang kembali kepada ‘Hukum’, dan menyatakan bahwa mereka yang melakukan demikian berada ‘di bawah kutuk’. Gal 3:10: “Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat”. Gal 4:9, 10: Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya? Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun”. Jika orang-orang Kristen berada di bawah kewajiban untuk memelihara ‘hari Sabat Yahudi’ maka mereka di bawah ‘Hukum Perayaan’ Yahudi dan harus memelihara semua ketetapan dan hari-hari raya ritual Yahudi. Kol 2:16-17: “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semaunya itu hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus’. Hari Sabat di sini dalam teks Yunani adalah Sabbaton, yang memang mencakup semua bentuk sabat, tetapi terutama berarti hari Sabat. Kata yang sama digunakan di dalam Kel 20:8. Lima teks bahasa Inggris yang penulis baca juga menggunakan Sabbath days.
Sebagai sebuah lembaga Yudaisme, Sabat, dengan semua hari rayanya dan perayaan-perayaan ritualistic dan persembahan Yudaisme lainnya, berhenti berfungsi di penghujung Dispensasi Yahudi. Sabat Yahudi tidak diganti dengan Sabat Kristen, seperti halnya ‘Sunat’ dengan ‘Baptisan’. Tidak ada sama sekali ‘Sabat Kristen’. Sabat berkaitan langsung dan erat dengan Hukum, dan ‘Kristen’ dengan Anugerah, dan menggabungkan ‘Hukum’ dan ‘Anugerah’ adalah menggabungkan apa yang telah Allah pisahkan untuk selamanya.
Setelah Kebangkitan, Kristus dan murid-muridNya tidak pernah bertemu pada hari Sabat, tetapi pada hari pertama Minggu. Adalah benar bahwa mereka pergi ke Sinagoge-sinagoge Yahudi pada hari Sabat, tetapi bukan untuk beribadah, tetapi supaya mereka memiliki kesempatan untuk memberitakan Injil. Hari Pertama minggu adalah hari di mana orang-orang Kristen beribadah dan beristirahat. Fakta bahwa ‘hari kelahiran’ Gereja adalah pada hari Pentakosta, dan itu jatuh pada ‘Hari Pertama Minggu’ adalah bukti lebih jauh bahwa Gereja seharusnya memelihara ‘hari Pertama Minggu’ dan bukan hari’ Ketujuh’ atau ‘Sabat’.
Jika perubahan dibuat, haruslah dilakukan oleh Kristus dengan otoritasNya. Kristus memiliki hak untuk membuat perubahan (Mark 2:23-28). Sebagai Pencipta, Kristus adalah Tuhan atas Sabat yang Asli (Yoh 1:3; Ibrani 1:10). Itu sesungguhnya adalah suatu kenangan atas penciptaan. Sebuah karya yang lebih besar dari penciptaan telah dituntaskan olehNya dengan karya Penebusan. Kita tentulah berharap suatu perubahan seperti itu sehingga Sabat juga menjadi suatu peringatan akan karya yang lebih besar tersebut.
Benar, kita tidak dapat memberikan teks yang meneguhkan perubahan tersebut dalam banyak kata. Kita tidak memiliki hukum yang gamblang yang menyatakan perubahan tersebut. Tetapi terdapat bukti-bukti dalam bentuk lain. Kita tahu akan sebuiah fakta bahwa hari pertama tiap minggu telah dipelihara pada zaman para rasul, dan kesimpulannya adalah bahwa hari itu, Minggu, dipelihara oleh para rasul dan murid langsungnya. Ini, kita yakin sekali, mereka tidak akan melakukannya tanpa perijinan atau otorisasi dari Tuhan mereka.

Hari Tuhan (The Lord’s Day)
Memelihara hari Sabat adalah salah satu dari Sepuluh Perintah Allah (Dekalog). Dekalog adalah sebagian kecil dari Hukum Musa. Korban-korban persembahan dan peribadahan menyeimbangkan Hukum tersebut.
Hukum tersebut tidak pernah ditujukan bagi orang-orang kafir/non-Yahudi (Kel 19, 20). Orang-orang non-Yahudi tidak pernah berada di bawah Hukum Taurat (Ef. 2:11, 12). Memelihara hari Sabat, sebagai bagian dari Taurat, diberikan kepada orang-orang Yahudi, dan hanya kepada mereka saja (Kel. 31:17).
Yesus menggenapi tuntutan Hukum Taurat ketika Ia tergantung di kayu salib (Mat. 5:17). Yesus menebus kita dari kutuk Hukum Taurat ketika Ia tergantung di kayu salib (Gal. 3:13). Menghapuskan segala perintah dan ketentuan Hukum Taurat. Yesus menutup semua perintah Hukum Taurat, termasuk hari Sabat, ketika Ia tergantung di kayu salib (Kol 2:14). Yesus menyingkirkan perseteruan Hukum Taurat ketika Ia tergantung di kayu salib (Ef 2:16). Setiap orang yang berusaha memelihara hari Sabat Yahudi berkewajiban untuk memelihara semua tuntutan Hukum Taurat (Gal 3:10). Ini mencakup perintah peribadatan dan perayaan. Orang-orang Yahudi sendiri tidak dapat memelihara Hukum, karena mereka tidak memiliki lagi Imam Besar duniawi dan tidak ada Bait Suci untuk beribadah.
Hari Minggu, hari pertama dalam sepekan, disebut juga sebagai Hari Tuhan.
1. Adalah pada Hari Pertama Tuhan bangkit dari kubur.
2. Adalah pada Hari Pertama Tuhan menampakkan diri kepada Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus, dan Salome (Mat 28:1-9; Mereka 16:1).
3. Adalah pada Hari Pertama Tuhan Ia menampakkan diri kepada 10 rasul (Yoh 20:19).
4. Adalah pada Hari Pertama Tuhan menghembuskan Roh Kudus kepada para rasul (Yoh 20:22).
5. Adalah pada Hari Pertama Tuhan menampakkan diri kepada Tomas (Yoh 26).
6. Adalah pada Hari Pertama Tuhan naik ke sorga (Luk 24:13, 50).
7. Adalah pada Hari Pertama Tuhan mencurahkan Roh Kudus (Pentakosta – hari kelimapuluh) kepada umatNya (Kis 2:1-13). Pencurahan Roh Kudus adalah awal berdirinya Gereja. Semua Gereja di dunia mengakui bahwa Gereja berawal pada hari Pentakosta.
8. Adalah pada Hari Pertama Petrus sebagai pemimpin Gereja yang ditunjuk langsung oleh Yesus (Yoh 21:17) berkhotbah di depan umatNya dan rakyat Israel (Kis 2:14-36).
9. Adalah pada Hari Pertama terjadi pertobatan massal setelah Petrus berkhotbah.
10. Adalah pada Hari Pertama terjadi baptisan pertama oleh Gereja.
11. Adalah pada Hari Pertama Paulus berkumpul dan memecah-mecahkan roti dengan jemaat di Troas.
12. Adalah pada Hari Pertama Paulus meminta jemaat untuk mengumpulkan uang guna membantu jemaat yg miskin (1 Kor 16:1, 2).
13. Adalah pada Hari Pertama Tuhan memberikan penglihatan yang sangat luar biasa kepada Yohanes (Wahyu 1:10)

Tidak ada komentar: